
TEGAL – Arus globalisasi dan kemajuan teknologi membawa dampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat, terutama generasi muda. Di sisi lain, budaya lokal yang menjadi identitas dan jati diri daerah mulai terpinggirkan. Oleh karena itu, pelestarian budaya lokal kini menjadi agenda penting yang harus melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Tradisi Mulai Ditinggalkan
Banyak tradisi lokal seperti wayang kulit, batik tulis, macapat, tembang Jawa, hingga upacara adat desa mulai jarang terlihat. Anak-anak muda lebih akrab dengan budaya digital, musik luar negeri, atau tren gaya hidup global. Akibatnya, nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun perlahan terlupakan.
Menurut Budayawan Tegal, Ki Santosa, pelestarian budaya tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah atau seniman. “Butuh kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan media. Budaya harus hidup di tengah masyarakat, bukan hanya dipamerkan di festival,” tegasnya.
Inisiatif Positif dari Warga
Meski banyak tantangan, beberapa komunitas di Tegal dan sekitarnya mulai bergerak. Misalnya, komunitas pemuda di Slawi mengadakan kelas bahasa dan aksara Jawa setiap akhir pekan. Di Desa Yomani, warga rutin menggelar latihan karawitan dan pertunjukan ketoprak bagi anak-anak dan remaja.
Tak hanya itu, festival budaya desa juga mulai dihidupkan kembali. Tradisi seperti sedekah laut, nyadran, dan nguri-uri panggung rakyat menjadi media untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.
Peran Pendidikan dan Digitalisasi
Pendidikan memegang peran sentral dalam pelestarian budaya lokal. Integrasi materi muatan lokal dalam kurikulum, seperti pembelajaran tembang dolanan, sejarah lokal, hingga praktik seni tradisional, harus diperkuat.
Sementara itu, teknologi digital bisa dimanfaatkan untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan budaya lokal ke generasi muda. Video pendek tentang filosofi budaya Jawa, konten edukatif berbahasa daerah, hingga podcast sejarah lokal bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Harapan untuk Masa Depan
Pelestarian budaya bukan sekadar menjaga tradisi, melainkan mempertahankan jati diri bangsa. Ketika budaya lokal dihargai dan diwariskan, masyarakat akan tumbuh dengan akar yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan oleh arus zaman.
Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi lintas generasi, budaya lokal bisa tetap hidup, berkembang, dan membanggakan — tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di mata dunia.
Facebook Comments